Kondisi perekonomian masyarakat yang sangat memperihatinkan dan
tergolong menengah bawah, menyebabkan kesulitan biaya pendidikan bagi
anak-anaknya. Padahal mereka sangat berkeinginan agar anaknya dapat
melanjutkan kearah jenjang lebih tinggi, baik itu pendidikan umum maupun
pendidikan agama. Kondisi masyarakat yang demikian menimbulkan
keprihatinan para tokoh masyarakat setempat, baik itu ulama, cendikiawan
maupun hartawan.

Kepribadian tersebut membuat mereka
berkeinginan untuk mendirikan sebuah lembaga pendidikan terutama agama.
Faktor lain yang mendorong didirikannya pondok pesantren adalahuntuk
mengenang jasa para pejuang dalam membela dan mempertahankan agama,
bangsa dan negara. Generasi penerus ingin membuat karya nyata mengembang
syiar islam, membangun bangsa dan negara dengan cara mendirikan pondok
pesantren. Maksud mendirikan pondok pesantren tersebut adalah untuk
mencetak generasi penerus sebagai pewaris dan penerus perjuangan agama,
bangsa dan negara.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas,
maka pada tanggal 5 agustus 1991 (1 rajab 1412 H) secara resmi pondok
pesantren yamg diberi nama Pondok Pesantren Tarbiyat Al-Muallimin
Al-Islamiyah (TMI) Al-Mujahidin. Para pendirinya merupakan tokoh pejuang
45, ulama, cendikiawan, hartawan maupun tokoh masyarakat lainnya yang
sangat respek dengan pendidikan umum maupun pendidikan agama.
Berdirinya
Pondok Pesantren Al-Mujahidin mendapat dukungan dan sambutan yang
sangat antusias dari masyarakat. Walaupun masyakarat tingkat
perekonomian masyarakat tegolong rendah, maka dengan sukarela membantu
pembangunan pondok pesantren sesuai kemampuannya. Antusias lainnya
adalah banyaknya orang tua yang memasukkan anaknya ke Pondok Pesantren
Al-Mujahidin.
Pada awalnya didirikannya, pondok pesantren hanya
memiliki satu unit bangunan untuk ruang belajar yang terdiri dari 3
ruang dan 1 ruang kantor, 1 unit asrama dengan 4 raungan, 1 unit
bangunan WC/Kamar mandi(4 kamar/bilik). Seiring perjalanan waktu, pada
saat ini fasilitas pondok pesantren bertambah mulai dari aula, ruang
perpustakaan, asrama ustadz, ruangan belajar dan asrama bertambah dan
juga ruangan koperasi.
Pengembangan pondok pesantren juga
menyangkut santri. Pada awalnya, santri yang belajar di pondok pesantren
hanya berjumlah 25 orang dengan alumni 12 orang. Pada tahun 2002 santri
yang belajar di pondok sudah mencapai 110 orang dengan alumni sebanyak
55 orang. Sebagian besar dari santri tersebut merupakan santri mukim
(90%) dan sisanya merupakan santri nonmukim (santri kalong)
Komentar
Posting Komentar